Tak seperti biasanya, pulang ke rumah kali ini saya kurang bersemangat. Bukannya tak rindu dengan keluarga dan sanak saudara, tapi karena tak dapat tiket kereta Bogor-Sukabumi membuat saya langsung mengidap 5L, lemah letih lesu lunglay dan leuleus. Padahal saya sudah pesan seminggu sebelumnya, tapi dasar bukan rezeki tetap saja tak dapat. Yasudahlah. Sebetulnya jadwal pulang saya bukan saya sekarang-sekarang, tapi karena kebetulan ada saudara saya yang mau menikah jadi ya absolutely, harus pulang.
Diawali dengan bangun kesiangan di pagi hari, lalu tas ransel ketingalan di KRL, pikiran saya sudah kacau balau bahkan sejak semalam. Memikirkan pulang naik apa, angkot, apa kol mini? Apa kol mini? halah, memikirkannya saja sudah membuat saya mual. Iya kol mini, atau elep atau L300 atau juga biasa kami menyebutnya mobil setan. Bagaimana tidak disebut setan, sang sopir membawa mobil seperti orang kesetanan saking kencangnya, itu sih kata teman-teman. hihi...
Baiklah, karena hari sudah cukup siang, ah.. yasudahlah angkot saja. Namun dikarenakan berbagai hal yang tak penting untuk saya ceritakan atau terlalu panjang, sepertinya angkot jurusan cicurug masih jauh di depan mata, karena sudah tak sabar untuk pulang akhirnya terpaksa saya naik L300, atau mobil setan, hihi....
Baiklah, karena hari sudah cukup siang, ah.. yasudahlah angkot saja. Namun dikarenakan berbagai hal yang tak penting untuk saya ceritakan atau terlalu panjang, sepertinya angkot jurusan cicurug masih jauh di depan mata, karena sudah tak sabar untuk pulang akhirnya terpaksa saya naik L300, atau mobil setan, hihi....
Dengan malas saya berlari menghampiri si L300 ini, dari jauh otak saya sudah mulai merasa aneh karena aroma khas elep mulai memenuhi fikiran saya. Di dalam ada seorang wanita yang mempersilahkan saya untuk masuk.
"Mba duduk nya disebelah sana saja", sambil menunjuk kursi yang ada di sebelah nya tepat sebelah kaca jendela.
"Terimaksih mba", saya hanya tersenyum.
Sebetulnya saya tak terlalu memperhatikan wanita tersebut, tapi terlihat dia memakai rok mini super ketat, sekitar 20 cm di atas lutut, dengan kaos lengan pendek yang tak kalah ketat juga. Rambutnya diurai dan sedikit berwarna merah. Saya sempat berfikir, wah ini orang ko naik beginian pakai baju begitu. Ah.. masa bodo, seperti biasa saya tak peduli.
Setelah si L300 ini jalan, dia memulai percakapan. Bertanya tentang banyak hal dan segala bahasan yang tak perlu dibahas. Awalnya sih saya tak terlalu menanggapi hanya menjawab seperlunya dan secukupnya saja.
Sampai dia bertanya, "Kerja dimana mba?"
"di Jakarta mba . kalo mba?" Tanya saya sedikit berbasa-basi
"Saya sama juga mba di Jakarta",
"Ohh.. di kecantikan mba?" Dengan sok tahu saya mengira dia bekerja di bidang kecantikan karena membawa koper kecil, yang biasanya kalau koper seperti itu isinya make up.
"Bukan mba, saya kerja di Cafe, biasalah mba dunia malam". Dia menjawab dengan lugas tanpa ragu.
"Ooh.. iya mba." Saya hanya tersenyum dan hati saya bicara "ohh pantesan."
"Mba sudah berkeluarga?" tanyanya penasaran
"Belum mba," saya menjawab masih secukupnya.
"Oh iya mba, iya sih bener mending nikmati dulu masa mudanya, jangan dulu buru-buru karir dulu aja, saya juga nyesel nikah muda." dan disitu pula saya hanya tersenyum.
"Saya juga sekarang jadi malas sama laki-laki, bukannya sok jual mahal tapi sekarang saya mencari yang serius bukan buat main-main atau seneng-seneng, maklumlah pernikahan saya pernah gagal mba. Apalagi ya saya kerja di cafe ya, udah taulah macem-macem laki-laki. Kadang mereka cuma ada maunya doang."
"Ooh.. begitu ya mba." saya mulai manggut-manggut mendengar si mbak yang bersemangat.
"Iya, bukannya gimana ya, yang mau sama saya itu sebenernya banyak yang mau serius nikahin juga banyak, apalagi ya di cafe banyak orang berduit mba, banyak yang janjiin ini itu, katanya mau mahar apa kamu?."
"terus kenapa ditolak mba?" saya jadi penasaran.
"Emang banyak mba yang mau sama saya, tapi ga ada yang bener, kadang ada yang suka sama saya tapi ga sayang sama anak saya, padahal saya sekarang bukan nyari laki-laki yang seperti itu. Yah kalo urusan kaya saya udah pernah ngerasain sekarang saya cuma mau dapet suami itu yang bisa bikin saya jadi lebih baik mba, yang bisa ngebimbing saya. Kalo ditanya mahar saya sekarang maharnya ga mau apa-apa, ga mau nyusahin juga mba."
"Emang maunya mahar apa mba?" saya makin penasaran..
" Saya maunya mahar Surat Ar-Rahman mba". jawabnya sambil tersenyum.
Subhanallah, sungguh jawaban yang tak terduga, jawaban yang sangat berbanding terbalik dengan penampilannya dan apa yang saya lihat dari dirinya saat ini.
"Mungkin orang bakalan bertanya, halah.. kerja di cafe ko mau minta mahar surat Ar-Rahman?, banyak temen saya yang ketawa juga, tapi saya masa bodo mba, mau diketawain orang juga gpp, Saya juga sadar siapa saya, saya emang ga layak dan saya tahu jodoh adalah cerminan diri. tapi saya juga sadar mba, saya juga udah cape hidup kaya gini, makanya saya cari suami yang bisa bikin saya jadi orang yang lebih baik, menuntun saya, bisa jadi panutan buat saya, bukan seseorang yang malah mau mengikuti hawa nafsu saya."
Mendengar kata-kata tersebut hati saya menjadi terketuk, terenyuh dan terharu, Masya Allah, betapa buruknya saya betapa dangkalnya pemikiran saya menilai orang hanya dari luarnya saja, ternyata hati seseorang tak bisa ditebak hanya dengan melihat penampilan. Mungkin penampilan memang mencerminkan perilaku seseorang, tapi tidak selalu seperti itu. Kita tak tahu dunia macam apa yang telah dia alami, dan apa yang telah ia usahakan untuk membuat dirinya jadi lebih baik.
Disitu saya merasa diingatkan dan sekaligus mendapat teguran juga motivasi, Nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kamu dustakan? Seseorang yang dunianya seperti itu saja ingin mendapatkan mahar Surat Ar-Rahman, lalu bolehkan saya yang pendosa ini menginginkan hal yang indah seperti itu juga? MasyaAllah, saya jadi baper kemudian.
Setelah perkatannya tersebut saya menjadi tertarik untuk mendengar cerita-certanya, dan sedikit berbagi ilmu untuk saling memotivasi. Namun lama-kelamaan, aroma L300 ini menyesaki otak saya, membuat saya mual seperti naik role coaster. Selanjutnya karena saya sudah mulai merasa mual, saya hanya bisa menimpali dengan mengatakan ohh.. iyaa.. sabar mba.
Semoga keiinginan mbak bisa terkabul oleh Allah dan segera dipertemukan dengan seseorang yang bisa membimbing mba ke jalan yang diridho Allah. Aamin.
___lalu semoga kita dipertemukan kembali dengan keadaan yang lebih baik.
"Mba duduk nya disebelah sana saja", sambil menunjuk kursi yang ada di sebelah nya tepat sebelah kaca jendela.
"Terimaksih mba", saya hanya tersenyum.
Sebetulnya saya tak terlalu memperhatikan wanita tersebut, tapi terlihat dia memakai rok mini super ketat, sekitar 20 cm di atas lutut, dengan kaos lengan pendek yang tak kalah ketat juga. Rambutnya diurai dan sedikit berwarna merah. Saya sempat berfikir, wah ini orang ko naik beginian pakai baju begitu. Ah.. masa bodo, seperti biasa saya tak peduli.
Setelah si L300 ini jalan, dia memulai percakapan. Bertanya tentang banyak hal dan segala bahasan yang tak perlu dibahas. Awalnya sih saya tak terlalu menanggapi hanya menjawab seperlunya dan secukupnya saja.
Sampai dia bertanya, "Kerja dimana mba?"
"di Jakarta mba . kalo mba?" Tanya saya sedikit berbasa-basi
"Saya sama juga mba di Jakarta",
"Ohh.. di kecantikan mba?" Dengan sok tahu saya mengira dia bekerja di bidang kecantikan karena membawa koper kecil, yang biasanya kalau koper seperti itu isinya make up.
"Bukan mba, saya kerja di Cafe, biasalah mba dunia malam". Dia menjawab dengan lugas tanpa ragu.
"Ooh.. iya mba." Saya hanya tersenyum dan hati saya bicara "ohh pantesan."
"Mba sudah berkeluarga?" tanyanya penasaran
"Belum mba," saya menjawab masih secukupnya.
"Oh iya mba, iya sih bener mending nikmati dulu masa mudanya, jangan dulu buru-buru karir dulu aja, saya juga nyesel nikah muda." dan disitu pula saya hanya tersenyum.
"Saya juga sekarang jadi malas sama laki-laki, bukannya sok jual mahal tapi sekarang saya mencari yang serius bukan buat main-main atau seneng-seneng, maklumlah pernikahan saya pernah gagal mba. Apalagi ya saya kerja di cafe ya, udah taulah macem-macem laki-laki. Kadang mereka cuma ada maunya doang."
"Ooh.. begitu ya mba." saya mulai manggut-manggut mendengar si mbak yang bersemangat.
"Iya, bukannya gimana ya, yang mau sama saya itu sebenernya banyak yang mau serius nikahin juga banyak, apalagi ya di cafe banyak orang berduit mba, banyak yang janjiin ini itu, katanya mau mahar apa kamu?."
"terus kenapa ditolak mba?" saya jadi penasaran.
"Emang banyak mba yang mau sama saya, tapi ga ada yang bener, kadang ada yang suka sama saya tapi ga sayang sama anak saya, padahal saya sekarang bukan nyari laki-laki yang seperti itu. Yah kalo urusan kaya saya udah pernah ngerasain sekarang saya cuma mau dapet suami itu yang bisa bikin saya jadi lebih baik mba, yang bisa ngebimbing saya. Kalo ditanya mahar saya sekarang maharnya ga mau apa-apa, ga mau nyusahin juga mba."
"Emang maunya mahar apa mba?" saya makin penasaran..
" Saya maunya mahar Surat Ar-Rahman mba". jawabnya sambil tersenyum.
Subhanallah, sungguh jawaban yang tak terduga, jawaban yang sangat berbanding terbalik dengan penampilannya dan apa yang saya lihat dari dirinya saat ini.
"Mungkin orang bakalan bertanya, halah.. kerja di cafe ko mau minta mahar surat Ar-Rahman?, banyak temen saya yang ketawa juga, tapi saya masa bodo mba, mau diketawain orang juga gpp, Saya juga sadar siapa saya, saya emang ga layak dan saya tahu jodoh adalah cerminan diri. tapi saya juga sadar mba, saya juga udah cape hidup kaya gini, makanya saya cari suami yang bisa bikin saya jadi orang yang lebih baik, menuntun saya, bisa jadi panutan buat saya, bukan seseorang yang malah mau mengikuti hawa nafsu saya."
Mendengar kata-kata tersebut hati saya menjadi terketuk, terenyuh dan terharu, Masya Allah, betapa buruknya saya betapa dangkalnya pemikiran saya menilai orang hanya dari luarnya saja, ternyata hati seseorang tak bisa ditebak hanya dengan melihat penampilan. Mungkin penampilan memang mencerminkan perilaku seseorang, tapi tidak selalu seperti itu. Kita tak tahu dunia macam apa yang telah dia alami, dan apa yang telah ia usahakan untuk membuat dirinya jadi lebih baik.
Disitu saya merasa diingatkan dan sekaligus mendapat teguran juga motivasi, Nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kamu dustakan? Seseorang yang dunianya seperti itu saja ingin mendapatkan mahar Surat Ar-Rahman, lalu bolehkan saya yang pendosa ini menginginkan hal yang indah seperti itu juga? MasyaAllah, saya jadi baper kemudian.
Setelah perkatannya tersebut saya menjadi tertarik untuk mendengar cerita-certanya, dan sedikit berbagi ilmu untuk saling memotivasi. Namun lama-kelamaan, aroma L300 ini menyesaki otak saya, membuat saya mual seperti naik role coaster. Selanjutnya karena saya sudah mulai merasa mual, saya hanya bisa menimpali dengan mengatakan ohh.. iyaa.. sabar mba.
Semoga keiinginan mbak bisa terkabul oleh Allah dan segera dipertemukan dengan seseorang yang bisa membimbing mba ke jalan yang diridho Allah. Aamin.
Nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kamu dustakan? |
___lalu semoga kita dipertemukan kembali dengan keadaan yang lebih baik.