Sabtu, 29 Februari 2020

Sesalku Mengenalmu

Kau...

Aku memaafkanmu,
Terimakasih untuk dusta yang kau cipta.
Aku bahagia, dulu.
Kutahu, kau begitu baik terhadap semua orang, tapi kenapa padaku tidak?.
Kau begitu kejam.

Aku mengenalmu sebagi sosok yang sempurna, tanpa cela. Kebaikanmu telah menawanku. Aku begitu terjerat bujuk rayumu. Tertipu.

Aku memaafkanmu,
Tapi luka yang kau berikan terlalu dalam. Hatiku telah remuk menyisakan kepingan perih.
Mengajarkanku pedihnya memberi rasa percaya.

Aku memaafkanmu,
Awalnya begitu mudah. awalnya aku masih bisa tersenyum. Berusaha menerima, melapangkan hati menyisakan lega. Tapi semakin lama baru terasa, bahwa aku juga manusia. Semakin lama aku hanya bisa menitikan air mata.
Tega,. Hanya itu.

Aku memaafkanmu,
Tapi kau telah mengajariku rasa benci.
Benciku ku tahan, murkaku ku redam. Kudoakan kau bahagia.

__Sesalku mengenalmu.

Malaikatku Penipu


Seperti labirin
Betapa pintarnya kau memaikan peran, sehingga aku tertipu berkali-kali tanpa sadar.
Kau berlagak seperti kucing polos, padahal dirimu sekor serigala.
Saat aku merangkulmu dengan kasih sayang, kau jadikan aku santapan kucing liar.

Sungguh luar biasa. Hebat sekali. aku begitu memuji bakatmu yang luar biasa itu.
Kau datang padaku saat aku terjatuh, terpuruk ke dasar.  Kau ulurkan tangan untuk ku raih. Kau berikan bahu untukku bersandar, lalu kau berikan hati untukku berlindung.

 Sungguh, hatiku telah berlindung kepadamu. Seperti menemukan malaikatku, aku begitu nyaman denganmu, melewati hari bersamamu tapi kau malah menghancurkanku.
 Malaikatku ternyata seorang penipu.

Apakah saat ini kau tertawa, mengingat betapa mudahnya kau membodohiku?

__Kau telah membunuh hati yang berlindung padamu. 

Madu Dusta

Malam memeluk bayang

Aku tidak menangis, kupikir air mataku terlalu berharga hanya untuk menangisi seorang pengkhianat. Pembohong. Ya, kupikir memang aku sedikit angkuh, aku melakukan semua ini agar aku tidak terlihat menyedihkan. Siapa yang tidak sakit saat dikhianati. Apalagi oleh seseorang yang pernah kita percaya. Bahkan seseorang yang pernah kita jadikan sebagai harapan?.

Hatiku hancur sehancur-hancurnya. Seseorang yang pernah dijadikan tempat hati ini berlindung ternyata telah membodohiku sepanjang masa. Aku selalu mengatakan bahwa aku tidak mudah untuk dibodohi. Aku tak mudah untuk menjatuhkan hati, hingga aku bertemu denganmu dan melambung tinggi dengan kata-katamu. Hatimu mungkin tertawa, betapa mudahnya aku dibodohi oeh mulut manismu. Busuk. Semua janji dan kata-kata itu semua busuk.

Ingin aku mencerca. memaki. mengeluarkan berbagai macam kata yang mungkin bisa melampiaskan apa yang ada di fikiranku. Hatiku sesak. Nafasku tersengal saat mengetahui kenyataan pahit yang sebenarnya. Ya, inginku seperti itu. apa daya, jangankan mencerca, berkata pun tak sanggup. Jangankan memukul, melempar segala benda, berdiri saya tubuh ini telah lemah. Tangan dan jari ini bergetar. Lesu. Aku hanya bisa duduk di pojokan seperti seonggok lap yang tergeletak tak berguna di lantai.

Aku ingin menangis tersedu-sedu, tapi hati ini mendadak beku. Seperti tak merasakan apapun. Udara sekeliling mendadak begitu sesak. Apa yang terjadi denganku?. Kemarin aku masih bahagia dengan segala rayuan dan pujian yang kau limpahkan setiap hari. Menghiburku, merayuku, memanjakanku setiap saat. Aku begitu terlena. Terbuai masuk kedalam perangkapmu.

__Sungguh.. tak kusangka jeratmu penuh madu dusta.