Selasa, 28 November 2017

Emah-Emahan, Bermain Ala Masa Kecil


sasaungan di belakang rumah

Lagi galau, cielah... galau kenapa emang saya..

Liat-liat Fb jaman dahulu kala, nemu foto ini. Jadi keinget saya dulu pernah bikin beginian, sama kakak, kayaknya ini waktu saya jaman masih SD, jamannya masih ingusan, liat aja itu kualitas gambarnya juga masih bisa dikatakan jauh dibawah standar.. maklumlah zaman dahulu kala hp tak secanggih sekarang.

Kalo liat gambar ini jadi inget, kalo dulu bahagia itu amat sederhana, cuma ke belakang rumah, nyari ranting sama daun terus bikin beginian, rasanya. itu.... ahh.. bahagia. Kalo di daerah kami bikin rumah-rumahan seperti ini namanya emah-emahan.

Ceritanya ini saya bikin rumah-rumahan sama kakak saya, biasalah dulu ceritanya lagi mendesain rumah idaman,  tapi entah kenapa jadinya malah seperti itu, ini lebih  mirip rumah serangga sepertinya. hahah... yasudahlah.. masa kecil.

Kalau ada yang mau tau, itu atasnya saya bikin dari daun pohon coklat, tiangnya pakai bambu n taman (apakah ini cocok disebut taman? saya ragu) depannya itu dari lumut, kayaknya itu saya congkel dari batuan di pinggir sungai.

Lalu itu ada batuan, itu saya ambil juga dari sungai dicuci dengan sepenuh hati sampai mengkilat.
di lap satu persatu, entah kenapa waktu itu rasanya saya sangat bersemangat sekali. Kalo diliat lagi itu kaya ada semacam kubangan air yang kering( lebih mirip kaya bekas meteor jatuh), tapi dulu maksud saya itu bikin kolam, padahal udah angkut air seember tetep aja, ga mau menggenang. Nah itu yang kaya ada air mancurnya itu  bunga kelapa, saya pungut dari bawah pohon kelapa.

Yah, emang sih ga ada bagus-bagusnya tapi kalo diinget perjuangannya bikin supaya daunnya bisa berdiri, susahnya itu kaya menyatukan aku dan kamu. hahhaahaaa....
___Astagfirullah.....becanda.


____Sist....miss u.

UNTUK TEMAN


____________untuk teman dari seorang teman



Jika kata orang wifi, food, and my bed is ferfection, bagiku tidak selalu seperti itu. Aku tak munafik, memang  iya, tapi itu hanya sementara. Awalnya mungkin kau senang, serasa hidup ini damai. Hanya berselancar internet, melihat dan mengetahui informasi terbaru. Tanpa ada yang mengganggu hiburan tanpa batas. Damai sekali.

Menonton film sambil duduk dan mengemil makanan, ahh serasa surga kecil telah menjadi bagian dari hidup ini. Awalnya itu semua indah.  Tapi lama-kelamaan engku akan merasa jenuh. Kedamaian itu akan berubah menjadi keheningan dan keheningan bisa berubah menjadi kesepian.

Tanpa sadar engkau akan merindukan sosok usil yang mengganggu hidupmu. Sosok yang membuat kau merasa jengah dan membuatmu merasa jengkel. Memang benar kedamain adalah segalanya, kau bebas melakukan apapun tapi percayalah, kedamaian itu hanya sesaat. Lama-lama kau akan lelah dengan kedamaian itu. Akupun begitu.

 Pernah aku memiliki beberapa teman yang sangat aku sayangi. Iya teman yang bagaikan saudara. Apa-apa dilakukan bersama. Ahh. Jika diingat masa itu adalah masa yang paling indah.
Lalu saat aku kehilangan mereka, rasanya sungguh tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Rasanya itu mungkin lebih parah dari patah hati. Awalnya kita sedekat nadi, namun sekarang sejauh mentari.
kalian teman terbaik

 Seperti separuh jiwaku pergi. Hampa.  Mungkin untuk menemukan teman itu mudah, tapi jika aku mencari yang nyaman, itu sangat sulit. Sebenarnya, aku berteman dengan siapa saja, tapi untuk membiarkan merka masuk kedalam hatiku itu hanya beberapa orang yang bisa.

Saat kau merasa jenuh dengan kehidupan dunia mayamu, yang kau inginkan hanya teman dunia nyata. Lalu berjalan melewati pohon-pohon bercanda tawa melihat bunga-bunga yang mekar, ataupun saling mengumpat sesama teman, kemudian tertawa. Ahh sepertinya hal itu akan lebih menyenangkan.

Sungguh kehidupan yang hanya menatap layar seakan sangat membosankan.
Suatu hari mungkin aku ingin menghubungi temanku, tapi aku merasa takut jika pesanku diabaikan. Dan adakah yang lebih sakit untuk menggambarkan jika kau seorang kesepian lalu kau diabaikan oleh teman.

 Seringkali aku menghubungi orangtuaku, dan sepupuku,itu sudah cukup membuatku bahagia. Hanya saja, aku telalu serakah. Hal itu tak cukup bagiku. Aku menginginkan seseorang teman yang bisa kubagi setiap suka dan duka, mendengarkan setiap ceritaku meskipun hanya di balas dengan, oh.. ya.. lalu.. bagaimana?, yasudah sabar aja. Itupun sudah membuatku senang.

Aku yakin setiap orang penyendiri pasti punya sisi kesepian walaupun dia sudah terbiasa sepi.  Suatu saat dia pernah menginginkan seorang teman yang mengusilinya, membuatnya jengkel  lalu tertawa.




_______Teman, aku rindu kalian. 

Sabtu, 25 November 2017

Sepenggal Kisah Saat Hujan, Hujan Aku Tak Membencimu

Hujan

bullgalery.blogspot.co.id

Ini bukan kisah romantis, tapi....

Jujur, aku bukannya membenci hujan, aku hanya tidak menyukai kenangan yang menyertai hujan padaku.
Ketika kebanyakan orang bercerita tentang indahnya hujan, betapa mereka bahagianya saat hujan dan banyaknya kenangan bersama kekasih mereka saat hujan, menjadikan banyak orang begitu mendambakan hujan.
pixabay.com
Ketika orang lain berbagi payung untuk melewati hujan bersama kekasihnya, aku sibuk mengambil baskom untuk menadahi air hujan yang berjatuhan dikarenakan atap rumah kami yang bocor disana sini.

Ketika orang lain bisa bersantai dibawah selimut disaat hujan sambil mendengarkan musik ataupun menonton tv, aku sibuk menenangkan adik-adikku yang menagis kedinginan.
Ketika orang lain sibuk memikirkan kenangan manis disaat hujan tiba, aku sibuk menghadapi segudang kenyataan pahit ketika hujan.

Tak apa, itu bukan masalah utamanya, hujan aku tetap tak benci padamu. aku hanya membenci tanah yang menjadi becek, saat kau membasahi jalanan kampung kami. Ketika adik-adikku berangkat ke sekolah mereka harus membuka sepatu mereka  agar tak kotor saat sampai di sekolah, menahan sakitnya kaki mereka terkena bebatuan tanah kampung kami yang terjal nan licin. Melihat itu aku merasa seperti sia-sia saja hasil kerja kerasku mencuci baju mereka, memakai pewangi, menyetrika baju mereka yang lusuh agar mereka bisa tetap menjadi siswa normal seperti yang lain, dalam berpakain. Tapi karena hujan, baju mereka menjadi kotor dan basah terkena lumpur, apalagi jika adikku jatuh lengkap sudah. baju putihnya yang lusuh menajadi coklat susu bak seragam pramuka.

Hal itu membuatku merasa sedih sekaligus terharu, meskipun begitu mereka tetap bersemangat untuk pergi sekolah. Tak peduli buku-buku mereka yang menjadi basah, tulisan menjadi luntur, bahkan terkadang setiap pulang sekolah mereka harus mengipas-ngipaskan buku mereka agar kering, sambil tertawa.
Ahh.. adikku tersayang, itu membuatku meleleh.  Batapa bahagianya aku menajdi kakak dari adik seperti kalian,

Hujan aku tak membencimu, aku hanya sedih saat ibuku sakit dikala hujan, dan tak bisa pergi berobat dikarenakan transportasi yang jauh, jalanan licin bahkan jembatan pun terkadang ikut putus terbawa arus sungai.

 Hujan membuat udara di kampungku menjadi lembab, adik-adikku sering terkena flu, batuk pilek dan meler, belum mereka menjadi tambah rewel, ketika air hujan membuat pasokan air ke rumahku menjadi terhenti karena selang-selang penyedot air terbawa longsor.

Hujan, aku tak membencimu, hanya saja aku marah. marah saat teringat ayahku meninggalku, bukan aku tapi. kami.  Saat hujan kala itu dengan teganya engkau meninggalkan kami, menagis dipangkuan ibu yang terbaring sakit sedangkan engkau menggandeng wanita lain di tanganmu. Yah aku tak bisa berbuat apapun, aku hanya bisa melihat, seperti biasa aku hanya bisa menangis kala itu.

Lain halnya dengan sekarang air mataku sudah habis menangisi ibu dan adikku, airmata sedihku sudah berganti menjadi marahku padanya. Ayah,  setiap hujan aku selalu mengingatmu, bahkan meskipun itu untuk membencimu, menyesalimu, dan menangisimu, tapi apakah  kau akan mengingat kami bahkan ketika hujan?.

Hujan,..?Aku tak membencimu. Aku menunggu bahagiaku untuk hujan mendatang.
wallup.net


____untuk kisah dari seorang teman. Terimakasih.