Hujan
bullgalery.blogspot.co.id |
Ini bukan kisah romantis, tapi....
Jujur, aku bukannya membenci hujan, aku hanya tidak menyukai kenangan yang menyertai hujan padaku.
Ketika kebanyakan orang bercerita tentang indahnya hujan, betapa mereka bahagianya saat hujan dan banyaknya kenangan bersama kekasih mereka saat hujan, menjadikan banyak orang begitu mendambakan hujan.
pixabay.com |
Ketika orang lain bisa bersantai dibawah selimut disaat hujan sambil mendengarkan musik ataupun menonton tv, aku sibuk menenangkan adik-adikku yang menagis kedinginan.
Ketika orang lain sibuk memikirkan kenangan manis disaat hujan tiba, aku sibuk menghadapi segudang kenyataan pahit ketika hujan.
Tak apa, itu bukan masalah utamanya, hujan aku tetap tak benci padamu. aku hanya membenci tanah yang menjadi becek, saat kau membasahi jalanan kampung kami. Ketika adik-adikku berangkat ke sekolah mereka harus membuka sepatu mereka agar tak kotor saat sampai di sekolah, menahan sakitnya kaki mereka terkena bebatuan tanah kampung kami yang terjal nan licin. Melihat itu aku merasa seperti sia-sia saja hasil kerja kerasku mencuci baju mereka, memakai pewangi, menyetrika baju mereka yang lusuh agar mereka bisa tetap menjadi siswa normal seperti yang lain, dalam berpakain. Tapi karena hujan, baju mereka menjadi kotor dan basah terkena lumpur, apalagi jika adikku jatuh lengkap sudah. baju putihnya yang lusuh menajadi coklat susu bak seragam pramuka.
Hal itu membuatku merasa sedih sekaligus terharu, meskipun begitu mereka tetap bersemangat untuk pergi sekolah. Tak peduli buku-buku mereka yang menjadi basah, tulisan menjadi luntur, bahkan terkadang setiap pulang sekolah mereka harus mengipas-ngipaskan buku mereka agar kering, sambil tertawa.
Ahh.. adikku tersayang, itu membuatku meleleh. Batapa bahagianya aku menajdi kakak dari adik seperti kalian,
Hujan aku tak membencimu, aku hanya sedih saat ibuku sakit dikala hujan, dan tak bisa pergi berobat dikarenakan transportasi yang jauh, jalanan licin bahkan jembatan pun terkadang ikut putus terbawa arus sungai.
Hujan membuat udara di kampungku menjadi lembab, adik-adikku sering terkena flu, batuk pilek dan meler, belum mereka menjadi tambah rewel, ketika air hujan membuat pasokan air ke rumahku menjadi terhenti karena selang-selang penyedot air terbawa longsor.
Hujan, aku tak membencimu, hanya saja aku marah. marah saat teringat ayahku meninggalku, bukan aku tapi. kami. Saat hujan kala itu dengan teganya engkau meninggalkan kami, menagis dipangkuan ibu yang terbaring sakit sedangkan engkau menggandeng wanita lain di tanganmu. Yah aku tak bisa berbuat apapun, aku hanya bisa melihat, seperti biasa aku hanya bisa menangis kala itu.
Lain halnya dengan sekarang air mataku sudah habis menangisi ibu dan adikku, airmata sedihku sudah berganti menjadi marahku padanya. Ayah, setiap hujan aku selalu mengingatmu, bahkan meskipun itu untuk membencimu, menyesalimu, dan menangisimu, tapi apakah kau akan mengingat kami bahkan ketika hujan?.
Hujan,..?Aku tak membencimu. Aku menunggu bahagiaku untuk hujan mendatang.
wallup.net ____untuk kisah dari seorang teman. Terimakasih. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar