Lihatlah pohon pisang! Amati, bagaimana mereka tumbuh. Bagaimana perkembangan tunas yang dipisahkan dengan induknya ketika dewasa, dan tunas yang dibiarkan tetap bersama induknya sampai mati.
Lihatlah, tunas yang dipisahkan , dia bisa tumbuh lebih besar dari induknya. Sebagaimana pohon pisang suka ataupun tidak, suatu hari kita pasti akan meninggalkan sosok induk, orang tua ayah ataupun ibu.
Baik untuk melanjutkan pendidikan, bekerja ataupun menikah. Memang hal itu pasti berat, apalagi bagi anak-anak yang sejak kecil tak bisa jauh dari sisi seorang ibu. Tapi mau bagaimana lagi, hidup masih terus berlanjut, kita tidak mungkin terus bergantung dan bergelayut pada orang tua kita, sementara mereka ikut menua seiring tenggelamnya surya.
Baik untuk melanjutkan pendidikan, bekerja ataupun menikah. Memang hal itu pasti berat, apalagi bagi anak-anak yang sejak kecil tak bisa jauh dari sisi seorang ibu. Tapi mau bagaimana lagi, hidup masih terus berlanjut, kita tidak mungkin terus bergantung dan bergelayut pada orang tua kita, sementara mereka ikut menua seiring tenggelamnya surya.
Ketika tubuh kita mulai tumbuh, bertambah tinggi, menjadi tampan ataupun cantik, dari situlah awal mereka melemah, tubuh mereka tak sekuat dulu lagi, wajah mereka ikut berkerut seiring usia.
Hatiku teriris, melihat ayah ibu yang mulai sering sakit, kulihat keriput mulai terlihat disekitar wajahnya, tampan cantiknya telah berlalu seiring pudarnya penglihatan. giginya mulai rontok, seiring dengan perginya helaian rambut. Tapi yang paling pedih aku tak bisa ada di sisi mereka dikala itu.
Sumpah, ini bukanlah keinginanku ataupun setiap anak di dunia ini, tapi sebagai anak yang berbakti harus mempersiapkan belajar untuk mulai menjadi orang tua, saat orang tua kita berubah menjadi anak-anak lagi. Kita harus mempersiapkan segalanya untuk bisa menyayangi mereka di kala tua, seperti mereka mengayomi kita saat tak mengenal aksara.
__Aku menulis itu dimasa lalu, kini aku menemukannya kembali setelah bapak pergi. ternyata bukan aku yang pergi tapi aku yang ditinggalkan. Mungkin sayapku telah patah satu, tapi tanganku masih utuh untuk selalu merangkul apa yang masih tersisa. Ibu.