kereta pangrango |
Banyak sekali cerita-cerita aneh yang melekat pada mereka. Seorang mahluk yang ketika sein kiri ternyata belok kanan, yang membuat emak-emak menjadi penguasa di jalan raya. Seseorang yang ketika marah suaranya bisa mengalahkan suara sound sistem, dan masih banyak lagi. Seperti kejadian yang saya alami ketika saya naik kereta lokal ke Sukabumi.
Seperti biasa setiap bulan saya selalu pulang ke kampung halaman tercinta. Untuk mewujudkan hal itu kereta masih tetap menjadi transportasi favorit bagi saya. Menemani perjalanan dengan nyaman . Selain nyaman dan aman harganya pun bisa dibilang murah. Untuk hari biasa tiketnya sekitar Rp. 20.000 saja dan untuk weekend sekitar 25.000 rupiah. Bagaimana? Harga yang murah bukan, tanpa ribet tanpa macet.
Oke, kembali ke cerita inti. . Jauh-jauh hari saya sudah pesan tiket secara online, karena jika pesan dadakan pasti kehabisan. Karena tempat duduk favorite saya memang dekat jendela, oleh karena itu saya pasti selalu memilih kursi A atau E. Agar bisa bersantai selama perjalanan. Kebetulan kala itu saya dengan sadar memilih kursi 19A di gerbong 2.
Nah, waktu itu seperti biasa saya selalu kesiangan kalo urusan naik kereta. Bukannya apa, meskipun saya naik kereta pertama KRL yang dari Jakarta kota terkadang tertahan di St. Manggarai jadi saya sampai dalam keadaan mepet. Bayangkan saja, saya sampai bogor jam 7.40 sedangkan kereta ke sukabumi berangkat jam 7.50.
10 menit saya berlari naik flyover, menuju Statsiun Bogor Paledang. (Ah.. kenapa Statsiunnya harus dipisahkan antara Bogor dan Bogor Paledang). Ngos-Ngosan.. rasanya udah pengen Ngesot aja. Tapi kalo ngesot kapan nyampe?.
Singkat cerita sampailah saya di detik-detik terakhir kereta mau berangkat. Alhamdulilah, akhirnya saya tidak ketinggalan. Betapa kagetnya saya, kursi 19A sudah dikuasai oleh seorang ibu-ibu sambil ngemil makan sesuatu. Betapa santainya beliau kala itu.
Bak itik kehilangan arah, disitu sudah saya saya merasa bingung. Kejadian seperti ini memang sudah sering saya alami, biasanya sih saya abaikan. Tapi untuk kali ini saya benar-benar lelah dan ingin bersandar ke jendela. Akhirnya dengan mengumpulkan segenap keberanian, dan tentunya dengan memasang senyum manis,
" Bu, maaf kursi saya di 19A," memberitahukan berharap si ibu akan peka.
Kemudian si ibu mengangkat kepalanya ke arah saya, lalu memberikan tatapan tajam dengan wajah sinis nan sangar.
Sumpah disitu saya merasa ciut. Berasa makan buah simalakama. Serba salah. Timbul penyesalan mengapa harus melakukan hal bodoh itu, Tapi keberanian saya berkata, tak apa itu hakmu.
Kepala saya sudah berkecamuk, Tak berapa lama berselang akhirnya si ibu akhirnya pindah ke arah 18C tanpa berkata sepatah katapun sambil melanjutkan sarapannya. Saya tetap tersenyum kearahnya, mengambil masker kemudian pura-pura tidur. Kemudian saya berfikir, apakah sekarang emak-emak sudah berubah menjadi penguasa kereta juga?.
Saya yakin kejadian macam ini, bukan hanya saya saja yang mengalami. Teman-teman saya pun sering bercerita, jika yang mengambil alih kursi mereka adalah emak-emak, mereka tak berani menegur. Karena menegur emak-emak seperti sama saja menjerumuskan diri ke dalam bahaya.
Mungkin tidak semua emak-emak bersikap seperti itu, ini hanya sebagain kecil saja. Banyak juga yang menyenangkan. Mungkin hanya kebetulan saja saya selalu bertemu dengan ibu-ibu seperti itu. Oh, betapa malangnya saya.
.... Apakah ketika saya sudah menjadi emak-emak akan menjadi semenakutkan itu?
Berharap mbak penulis tidak menjadi salah satu diantara ibu-ibu penguasa dunia itu. Salam.
BalasHapusSemoga.... terimakasih untuk harapannya.
HapusSalam hangat.
ayo segera bergabung dengan kami hanya dengan minimal deposit 20.000
BalasHapusdapatkan bonus rollingan dana refferal ditunggu apa lagi
segera bergabung dengan kami di i*o*n*n*q*q